Revolusi komunikasi terjadi setelah teknologi telepon genggam yang pengirimkan paket suara dengan jaringan nirkabel dan terhubung melalui satelit meningkat pada tahun 1960-an menjadi pengiriman citra dan paket data. Teknologi baru ini disebut internet. Awalnya internet hanyalah merupakan jaringan longgar dari ribuan jaringan komputer di berbagai belahan dunia yang menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah daya perangkat-keras komputer yang mahal dan terbatas. Namun tidak lama berselang, internet telah berkembang menjadi wahana komunikasi yang sangat cepat dan efektif dan menjangkau jutaan orang di seleuruh dunia. Sistem komunikasi lewat internet menyebabkan dunia terhubung tanpa ada sekat ruang dan waktu.
Perkembangan teknologi selalu berlangsung cepat. Revolusi komunikasi berikutnya terjadi setelah ditemukannya mesin pencari otomatis yang bisa menjangkau data dari berbagai situs internet di berbagai belahan dunia dalam waktu sekejap. Mesin pencarian (search engine) yang paling populer dan sudah digunakan di berbagai belahan dunia adalah Google. David A. Vise, penulis Kisah Sukses Google bahkan menyejajarkan penemuan Google oleh Larry dan Sergey dengan penemuan mesin cetak modern oleh Gutenberg pada 500 tahun silam.
Pada saat pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dengan nama BackRub, Google sudah bisa menjelajah dan men-download kira-kira 100 halaman perdetik. “Belum ada temua sedahsyat Google yang memungkinkan permberdayaan begitu banyak orang, serta memudahkan akses mereka kepada informasi,” tulisnya.
Google adalah mesin pencari di Internet yang berbasis di Amerika Serikat. Dengan tampilan dan warna yang kanak-kanak itu, saat ini Google sudah menjadi mesin pencari paling populer di web dan menerima setidaknya 200 juta permintaan pencarian setiap hari melalui berbagai situs internet. Misi Google adalah, “untuk mengumpulkan informasi dunia dan menjadikannya dapat diakses secara universal dan berguna.” Filosofi Google meliputi slogan seperti “Don`t be evil”, dan “Kerja harusnya menatang dan tantangan itu harusnya menyenangkan”, menggambarkan budaya perusahaan yang santai.
Saat ini sebenarnya sudah semakin banyak mesin pencarian di internet dan gratis. Para “santri virtual” di Indonesia juga membuat search engine Aswaja dengan model dan sistem filterisasi khusus. Namun lagi-lagi Google sudah selangkah di depan dan menambah berbagai fasilitas pencarian. Sebagian besar orang menjadikan Google sebagai alamat pertama yang dituju ketika berselancar mencari berbagai informasi di internet, termasuk ketika ingin mencari berbagai informasi mengenai agama Islam.
Sekarang ini orang tidak akan bersusah payah mendatangi rumah kiai atau ustadz, atau membuka-buka lembaran kitab yang rumit ketika mereka menemukan problem atau berbagai pertanyaan mengenai agama Islam. Mereka cukup berselancar dengan internet atau mencari jawaban dengan mengetikkan satu-dua kata di Google atau mesin pencarian lain di internet.
Para pengguna internet juga sudah dimanjakan dengan teknologi layar sentuh (touch screen) dan dipandu dengan fitur dan gambar-gambar. Anak-anak atau orang yang awam dengan komputer pun bisa memanfaatkan fasilitas teknologi ini dibanding dengan zaman dulu yang masih menggunakan tombol dan huruf. Tanpa panduan, kursus atau belajar secara khusus pun anak-anak TK pun sudah bisa menggunakan fasilitas internet dengan sendirinya.
Tidak hanya dari layar komputer, internet bisa diakses dengan smartphone dengan fasilitas layar sentuh, dan tidak selalu berbandrol mahal. Jasa penyedia layanan paket data juga sangat banyak sekarang dan cukup aktif melakukan promosi.
Generasi muslim yang kajian komunikasi modern disebut Generasi Y (young generation) atau anak-anak di Indonesia yang baru lahir pada tahun 2000-an adalah generasi yang hidup dengan fasilitas internet di depan mata. Mereka sudah mengenal dan memanfaatkan teknologi informasi dengan baik. Generasi baru ini juga lebih sering berkomunikasi dengan dunia internet dari pada dengan sekolah atau keluarga. Sebagian orang tua mereka juga telah mempunyai kesibukan rutin yang tidak dapat diganggu gugat. Generasi baru ini yang mendominasi kelompok “bargain hunter” yang rela berjam-jam untuk bermain dan berselancar dengan internet, bermain dan mencari informasi dan menambah ilmu pengetahuan.
Generasi Y inilah yang perlu mendapatkan perhatian lebih terkait perkembangan teknologi komunikasi. Merekalah yang terutama ingin mencari atau secara tidak sengaja mendapatkan berbagai hal mengenai keislaman dari internet. Anak-anak kecil dan para pemuda yang mulai tumbuh seringkali mengutarakan berbagai pertanyaan tentang Islam. Dan berbeda dengan prosedur konvensional, dengan bertanya atau membaca buku, melalui internet yang dipandu dengan mesin pencarian seperti Google, dalam sekejap mereka akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan –entah jawaban yang mereka temukan benar atau bahkan mungkin menyesatkan.
Lebih praktis
Bukan rahasia lagi, trend belajar dan mencari informasi keislaman lewat internet tidak hanya merambah kalangan awam dan anak-anak. Para cendekiawan dan akademisi Muslim juga menjadikan internet sebagai jalan pintas untuk memperoleh berbagai sumber rujukan. Para dosen dan mahasiswa Islam justru menjadi kelompok terdepan dalam memanfaatkan mesin pencari Google untuk mendapatkan berbagai materi yang akan dikajinya, paling tidak sebagai informasi awal untuk masuk ke dalam kajian yang bahkan belum pernah dikaji sebelumnya. “Mbah Google” disebut-sebut sebagai narasumber yang serba tahu dan bisa memberikan informasi keislaman apa pun yang dibutuhkan. Mesin pencarian otomatis yang terkoneksi dengan jaringan internet di berbagai belahan dunia memang beberapa langkah lebih canggih dari pada perpustakaan selengkap apapun.
sumber : http://www.pendidikanislam.id/fikrah/2669/kiai-google.html
Perkembangan teknologi selalu berlangsung cepat. Revolusi komunikasi berikutnya terjadi setelah ditemukannya mesin pencari otomatis yang bisa menjangkau data dari berbagai situs internet di berbagai belahan dunia dalam waktu sekejap. Mesin pencarian (search engine) yang paling populer dan sudah digunakan di berbagai belahan dunia adalah Google. David A. Vise, penulis Kisah Sukses Google bahkan menyejajarkan penemuan Google oleh Larry dan Sergey dengan penemuan mesin cetak modern oleh Gutenberg pada 500 tahun silam.
Pada saat pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dengan nama BackRub, Google sudah bisa menjelajah dan men-download kira-kira 100 halaman perdetik. “Belum ada temua sedahsyat Google yang memungkinkan permberdayaan begitu banyak orang, serta memudahkan akses mereka kepada informasi,” tulisnya.
Google adalah mesin pencari di Internet yang berbasis di Amerika Serikat. Dengan tampilan dan warna yang kanak-kanak itu, saat ini Google sudah menjadi mesin pencari paling populer di web dan menerima setidaknya 200 juta permintaan pencarian setiap hari melalui berbagai situs internet. Misi Google adalah, “untuk mengumpulkan informasi dunia dan menjadikannya dapat diakses secara universal dan berguna.” Filosofi Google meliputi slogan seperti “Don`t be evil”, dan “Kerja harusnya menatang dan tantangan itu harusnya menyenangkan”, menggambarkan budaya perusahaan yang santai.
Saat ini sebenarnya sudah semakin banyak mesin pencarian di internet dan gratis. Para “santri virtual” di Indonesia juga membuat search engine Aswaja dengan model dan sistem filterisasi khusus. Namun lagi-lagi Google sudah selangkah di depan dan menambah berbagai fasilitas pencarian. Sebagian besar orang menjadikan Google sebagai alamat pertama yang dituju ketika berselancar mencari berbagai informasi di internet, termasuk ketika ingin mencari berbagai informasi mengenai agama Islam.
Sekarang ini orang tidak akan bersusah payah mendatangi rumah kiai atau ustadz, atau membuka-buka lembaran kitab yang rumit ketika mereka menemukan problem atau berbagai pertanyaan mengenai agama Islam. Mereka cukup berselancar dengan internet atau mencari jawaban dengan mengetikkan satu-dua kata di Google atau mesin pencarian lain di internet.
Para pengguna internet juga sudah dimanjakan dengan teknologi layar sentuh (touch screen) dan dipandu dengan fitur dan gambar-gambar. Anak-anak atau orang yang awam dengan komputer pun bisa memanfaatkan fasilitas teknologi ini dibanding dengan zaman dulu yang masih menggunakan tombol dan huruf. Tanpa panduan, kursus atau belajar secara khusus pun anak-anak TK pun sudah bisa menggunakan fasilitas internet dengan sendirinya.
Tidak hanya dari layar komputer, internet bisa diakses dengan smartphone dengan fasilitas layar sentuh, dan tidak selalu berbandrol mahal. Jasa penyedia layanan paket data juga sangat banyak sekarang dan cukup aktif melakukan promosi.
Generasi muslim yang kajian komunikasi modern disebut Generasi Y (young generation) atau anak-anak di Indonesia yang baru lahir pada tahun 2000-an adalah generasi yang hidup dengan fasilitas internet di depan mata. Mereka sudah mengenal dan memanfaatkan teknologi informasi dengan baik. Generasi baru ini juga lebih sering berkomunikasi dengan dunia internet dari pada dengan sekolah atau keluarga. Sebagian orang tua mereka juga telah mempunyai kesibukan rutin yang tidak dapat diganggu gugat. Generasi baru ini yang mendominasi kelompok “bargain hunter” yang rela berjam-jam untuk bermain dan berselancar dengan internet, bermain dan mencari informasi dan menambah ilmu pengetahuan.
Generasi Y inilah yang perlu mendapatkan perhatian lebih terkait perkembangan teknologi komunikasi. Merekalah yang terutama ingin mencari atau secara tidak sengaja mendapatkan berbagai hal mengenai keislaman dari internet. Anak-anak kecil dan para pemuda yang mulai tumbuh seringkali mengutarakan berbagai pertanyaan tentang Islam. Dan berbeda dengan prosedur konvensional, dengan bertanya atau membaca buku, melalui internet yang dipandu dengan mesin pencarian seperti Google, dalam sekejap mereka akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan –entah jawaban yang mereka temukan benar atau bahkan mungkin menyesatkan.
Lebih praktis
Bukan rahasia lagi, trend belajar dan mencari informasi keislaman lewat internet tidak hanya merambah kalangan awam dan anak-anak. Para cendekiawan dan akademisi Muslim juga menjadikan internet sebagai jalan pintas untuk memperoleh berbagai sumber rujukan. Para dosen dan mahasiswa Islam justru menjadi kelompok terdepan dalam memanfaatkan mesin pencari Google untuk mendapatkan berbagai materi yang akan dikajinya, paling tidak sebagai informasi awal untuk masuk ke dalam kajian yang bahkan belum pernah dikaji sebelumnya. “Mbah Google” disebut-sebut sebagai narasumber yang serba tahu dan bisa memberikan informasi keislaman apa pun yang dibutuhkan. Mesin pencarian otomatis yang terkoneksi dengan jaringan internet di berbagai belahan dunia memang beberapa langkah lebih canggih dari pada perpustakaan selengkap apapun.
sumber : http://www.pendidikanislam.id/fikrah/2669/kiai-google.html
0 komentar:
Post a Comment